New
Bandara merupakan singkatan dari bandar udara yaitu tempat pesawat mendarat dan lepas landas. Sekarang sudah banyak sekali bandara di indonesia, bahkan sampai ada yang masuk bandara yang patut diperhitungkan di dunia, bukan cuma bisa untuk tempat untuk pesawat tapi juga mempunyai nilai sejarah dan cerita tentunya! tapi tau kah kamu bandara-bandara tertua di indonesia? yuk simak artikel ini!
Pangkalan Udara Suryadarma / Lapangan Terbang Kalidjati, Subang
Sebelum namanya diubah menjadai Suryadarma, nama awalnya adalah Pangkalan TNI AU Kalijati. Dibangun secara sederhana pada tanggal 30 Mei 1914, yakni hanya berupa rerumputan dengan bangsal di sekelilingnya yang terbuat dari bambu. Walaupun seperti itu, pembuatannya baru selesai tahun 1917 termasuk gedung markas pangkalan. Dibangun agar satuan udara Belanda bernama PVA (Proef Vlieg Afdeling) bisa mengoperasikan pesawat terbang.
Letaknya sendiri berada di Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang, Jawa Barat sekaligus menjadi tempat bersejarah. Mengingat tempat inilah yang menjadi saksi bisu penyerahan kekuasaan Belanda kepada Jepang tanpa syarat pada 8 Maret 1942. Kini pangkalan Suryadarma berada dibawah Komando Operasi Angkatan Udara I. Menariknya pangkalan ini baru digunakan oleh pemerintah Republik Indonesia tanggal 27 Desember 1949, 4 tahun setelah merdeka.
Bandara Husein Sastranegara / Lapangan Terbang Andir, Bandung
Lokasi pastinya berada di Jalan Pajajaran Nomor. 156, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II. Sebelum dinamakan Bandara Husein Sastranegara seperti yang sekarang ini dikenal oleh masyarakat luas, nama asli Bandara ini adalah Vliegveld Andir/Lucthvaart Andir. Dan masyarakat lebih mudah menyebutnya Lapangan udara Andir.
Pendiriannya dilakukan oleh Kolonial Belanda tepatnya pada tahun 1920 namun masih sangat sederhana karena hanya berupa tanah lapang plus aspal untuk pesawat dengan luas tanah mencapai 45 hektare. Sebenarnya tanah ini milik warga Bandung, namin pemerintah Belanda membeli tanah itu.
Setelah sempat dimiliki Belanda, pada tahun 1942 lapangan udara ini jatuh ke tangan Jepang. Namun setelah Indonesia merdeka, pemilik sahnya adalah Bangsa Indonesia, walaupun sempat vakum selama periode 1945-1949.
Yang unik dari penamaannya adalah karena nama Bandar Udara Husein Sastranegara ternyata diambil dari pilot AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) yang meninggal pada 26 September 1946 di Yogyakarta. Selain nama bandarnya, nama pilot yang satu ini juga menjadi nama kelurahan disana. Jadi bandara Husein Sastranegara berada di Kelurahan Husein Sastranegara. Namun sebenarnya Husein adalah perintis Berdirnya TNI AU bersama dengan rekannya yaitu Halim Perdanakusuma dan Agustinus Adisucipto.
Kini salah satu bandara tertua di Indonesia ini melayani kegiatan pelayanan lalu lintas udara komersial secara resmi sejak tahun 1974 pada tahun itu pulalah namanya diubah menjadi pahlawan diatas
Bandara Halim Perdanakusuma / Lapangan Terbang Tjililitan, Jakarta (Batavia)
Sebelum perang dunia kedua berkecamuk, Belanda menganggap bahwa lapangan udara sangat penting keberadaannya. Apalagai saat perang dunia 1 terjadi, setiap negara telah menggunakan pesawat untuk bertempur. Untuk itulah di salah satu wilayah jajahan Belanda saat itu, Indonesia dibangunlah sebuah lapangan udara tepatnya di kawasan Tjililitan, Jakarta Timur.
Pemilihan lokasi ini dikarenakan lokasinya yang ada di pusat pemerintahan dan juga tanah lahan yang akan dijadikan bandara adalah milik orang Belanda bernama Pieter van der Velde sehingga pembebasan lahan akan mudah.
Akhirnya setelah dua tahun perang dunia pertama berlalu, dibangunlah Lapangan Udara Tjililitan. Empat tahun setelah itu atau pada 1924, pembangunannya sepenuhnya selesai, termasuk landasan hingga infrastruktur pendukung. Nama awalnya dalam bahasa Belanda adalah Vliegveld Tjililitan.
Tak lama Setelah selesai dibangun, langsung terdapat pendaratan yang dilakukan oleh pesawat Fokker milik Hindia Belanda yang terbang dari Amsterdam ke Batavia. Walaupun sebelum mendarat terdapat halangan seperti kerusakan hingga hal kecil lain. Hingga pada 20 Juni 1950 lapangan penerbangan ini resmi milik Indonesia dan AURI langsung menjadikannya pangkalan udara khusus militer.
Penamaan menjadi Bandara Halim Perdanakusuma dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1952 bersamaan dengan hari kemerdekaan Indonesia. Hal ini dikarenakan Halim Perdanakusuma adalah salah satu perintis TNI AU dan beliau wafat saat melakukan pengambilan pesawat terbang di Thailand untuk dibawa ke Indonesia. Namun kabarnya tidak diketahui hingga muncul kecelakaan pesawat yang diidentifikasi adalah Halim.
Lapangan Terbang Darmo, Surabaya
Lapangan terbang Darmo adalah Bandara pertama di Surabaya yang dibangun tahun 1920 Jalan gunung sari (Goenoengsarieweg). Karena pendirinya adalah Belanda, maka nama untuk bandara ini adalah Vliegveld Darmo atau dalam bahasa Indonesia disebut Lapangan Udara Darmo. Saat itu pengelolanya adalah Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij (KNIL), salah satu maskapai penerbangan Kerajaan Belanda.
Letaknya berada di Jalan Raden Wijaya, Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo, Surabaya. Namun sekarang bandara ini sudah tidak di operasikan lagi. Tujuan awal pembuatannya adalah sebagai keperluan komersial untuk para pebisnis dari Belanda yang akan datang ke Indonesia. Salah satu peristiwa bersejarah pada Bandara ini adalah singgahnya pesawat DC-2 milik maskapai KLM (Belanda) pada 10 November 1934.
Lapangan Terbang Kemayoran, Jakarta (Batavia)
Jika beberapa lapangan udara di atas saat awal pembuatannya masih tergolong sederhana, berbeda dengan Bandar Udara Internasional Kemayoran, karena telah menjadi bandara internasional bahkan yang pertama. Pendirian bandara ini dilakukan pada tahun 1934 oleh Hindia Belanda dan resmi diperlihatkan tanggal 8 Juli 1940.
Dulu pengelolanya dilakukan oleh Koningkelije Nederlands Indische Luchtvaart Maatschapij. Fasilitas di dalamnya juga sangat lengkap dan mewah untuk ukuran bandara kala itu. Walaupun tanggal 8 Juli tanggal peresmiannya, tapi pada 6 Juli sudah terdapat pesawat yang mendarat, yakni DC-3 milik KNILM.
Sebagai Bandara Internasional, pada kurun waktu 1970-an, bandara ini terlalu sibuk melayani berbagai penerbangan. Sehingga untuk kenyamanan bersama, pada 10 Januari 1974 penerbangan internasional dipindahkan ke Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Namun untuk penerbangan domestik, bandara Kemayoran masih aktif melayani.
Sebab terlalu dekat dengan Halim, maka pada 31 Maret 1985 Kemayoran ditutup dan tidak lagi beroperasi. Namun sebagai gantinya, dibuatlah Bandara Soekarno-Hatta yang masih eksis sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar